Konsep sistem produksi Lean

Konsep sistem produksi Lean


Sebelum mengetahui konsep-konsep sisem produksi lean, perlu diketahui terlebih dahulu mengenai pengertian sistem produksi lean atau konsepnya itu sendiri.

Jika menurut APICS (American Production and Inventory Control Society), sistem produksi lean adalah sebuah filosofi dalam berproduksi yang mempunyai fokus untuk meminimasi jumlah sumber daya yang dibutuhkan dalam kegiatannya. Dalam hal ini juga termasuk dalam kegiatan identifikasi dan eliminasi kegiatan-kegiatan atau proses yang tidak memberikan nilai tambah serta memaksimalkan kemampuan pekerjanya.
Di dalam sistem produksi lean dikenal dua hal yaitu value dan waste. Value merupakan hal yang dicari oleh konsumen, dan sepenuhnya ditentukan oleh konsumen itu sendiri. Waste merupakan pemborosan atau segala hal yang tidak diinginkan oleh konsumen. Sebagai contoh, memproduksi sebuah barang seorang konsumen akan memesan sebuah produk dengan spesifikasi tertentu. Setiap proses yang berhubungan langsung untuk mengubah bahan mentah sehingga menjadi produk sesuai dengan spesifikasi adalah sebuah value. Proses-proses yang mendukung seperti transportasi merupakan waste, karena proses tidak memberikan kontribusi terhadap proses perubahan bahan mentah menjadi sebuah produk (Womack & Jones, 2003).
Sistem produksi lean adalah sebuah cara berproduksi yang berfokus terhadap pemanfaatan yang maksimal dari segala sumber daya sehingga keuntungan yang diperoleh menjadi optimal. Sebuah sistem produksi lean melihat sebuah keuntungan berpengaruh secara langsung dari biaya produksi, dengan biaya produksi yang rendah dapat meningkatkan keuntungan yang diperoleh. Tujuan inilah yang ingin dicapai dari sistem produksi lean.

Waste atau pemborosan terdapat dalam berbagai jenis, berikut merupakan jenis-jenis pemborosan yang ada (Womack & Jones, 2003) :
1. Produksi berlebihan (overproductions)
Produksi yang melebihi permintaan merupakan sebuah waste karena pada akhir periode akan ada sisa produksi yang harus disimpan. Setiap penyimpanan selain membutuhkan tempat juga dibutuhkan biaya untuk merawat barang sehingga kualitasnya tidak menurun oleh karena itu produksi yang berlebihan merupakan sebuah waste.
2. Menunggu(delays)
Keterlambatan proses karena adanya proses menunggu mesin, material, dll.

3. Proses transportasi(transportations)
Setiap proses perpindahan material yang tidak memberikan nilai tambah atau biasa dikenal dengan proses penanganan material(material handling)

4. Proses operasi yang tidak memberikan nilai tambah(processes)
Setiap jenis kegiatan yang tidak berkontribusi terhadap menambah nilai guna sebuah produk. Dengan adanya proses operasi yang tidak memberikan nilai tambah hanya menambahkan total waktu yang dibutuhkan sedangkan nilai tambah sebuah produk tidak bertambah, oleh karena itu disebut sebagai waste.

5. Penyimpanan(inventories)
Setiap penyimpanan bersifat sebagai waste karena dengan adanya penyimpanan hanya membebankan kepada biaya penyimpanan sedangkan selama proses penyimpanan hampir setiap jenis produk tidak memberikan nilai tambah.

6. Pergerakan(motions)
Setiap pergerakan yang tidak perlu merupakan sebuah waste karena hanya berkontribusi terhadap penambahan waktu proses, sedangkan nilai produk tidak bertambah.

7. Produk cacat(defective product)
Produk cacat merupakan sebuah pemborosan karena membutuhkan pekerjaan ulang yang bersifat iteratif dan tidak memberikan nilai tambah produk itu.


Referensi:
Tulisan di atas didasarkan pada:
Soetama, B. B. (2012). Tantangan Penerapan Lean Manufacturing, Penelitian yang tidak dipublikasikan, Institut Teknologi Bandung.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

7 Alat Bantu Quality Control

Sistem kanban di Toyota

One-piece flow