Sejarah Toyota
Sejarah Toyota
Toyota dimulai oleh seorang bernama Sakichi
Toyoda, dibesarkan di akhir tahun 1800-an di sebuah desa yang terpencil di
luar Nagoya. Pada saat itu, pemintalan adalah industri utama dan pemerintah
Jepang.Sebagai anak laki-laki, Toyoda belajar perkayuan dari ayahnya, dan pada
akhirnya menerapkan keahlian tersebut untuk merancang dan membuat mesin tenun dari kayu. Pada
tahun 1894,is mulai membuat alat tenun manual yang lebih murah tetapi lebih baik
dari alat tenun yangsudah ada. (Liker , 2006)
Pada tahun 1926, dia mendirikan Toyoda Automatic Loom Works, induk
ToyotaGroup dan masih merupakan inti konglomerat Toyota (atau keiretsu) sampai saat
ini.Upaya Toyoda untuk terus-menerus mencoba, memperbaiki, dan menemukan
sesuatu yang baru, pada akhirnya menghasilkan
mesin tenun otomatis canggih yang menjadi "sama terkenalnya dengan permata
Mikimoto dan biota
Suzuki" (Toyoda, 1987 dalam Liker ,2006).
Selama hidupnya, Sakichi Toyoda
adalah insinyur hebat dan kemudian dianggap
sebagai "Raja Penemu" Jepang.Namun kontribusinya lebih terhadap
pengembangan Toyota berasal dari filosofi dan pendekatannya terhadap pekerjaan,
yang didasarkan pada semangat peningkatan berkesinambunganyang hingga kini dikenal dengan The Toyota Way.(Liker , 2006)
Pendiri Toyota Motor Company, Kiichiro Toyoda adalah anak laki-laki Sakichi Toyoda.Sakichi Toyoda memberi tugas anaknya untuk membangun bisnis mobil,
hal itu tidak ditujukan untuk meningkatkan keuangan keluarga.(Liker , 2006)
Ayah Kiichiro
mengirimnya ke Tokyo Imperial University untuk belajar teknik mesin; dengan fokus pada teknologi mesin.Pendekatannya dalam belajar dan mencipta
serupa dengan yang dilakukan ayahnya.Kiichiro Toyoda membangun Toyota Automotive Company berdasarkan filosofi
dan pendekatan manajemen ayahnya, tapi dia menambahkan inovasinya sendiri(Liker , 2006)
Dalam
perjalanannya membangun perusahaan mobil, Perang Dunia II terjadi,
Jepang kalah, dan pemenang Amerika dapat saja menghentikan produksi
mobil.Kiichiro Toyoda sangat khawatir bahwa pendudukan Amerika setelah perang
dapat menutup perusahaannya. Sebaliknya, Amerika menyadari kebutuhan akan truk untuk membangun
kembali Jepang dan bahkan membantu Toyota
untuk mulai memproduksi truk kembali. (Liker , 2006)
Ketika ekonomi bangkit kembali di bawah pendudukan Amerika, Toyota tidak mengalami
kesulitan dalam memperoleh pesanan mobil, tapi inflasi yang tinggi
telah membuat uang menjadi tidak berharga dan sangat sulit mendapatkan
pembayaran dari pelanggan.Agar tidak bangkrut, Toyota mengadopsi kebijakan pemotongan biaya yang
ketat, termasuk pemotongan gaji secara sukarela bagi para manajer dan
pemotongan sebesar 10 persen dari gaji semua karyawan.Hal tersebut merupakan
hasil dart negosiasi dengan para karyawan sebagai ganti dart pemutusan hubungan kerja, untuk mempertahankan kebijakan
Kiichiro Toyoda yang tidak menyetujui
pemberhentian karyawan.Akhirnya, bahkan pemotongan gaji tersebut tidak mencukupi.Keadaan ini memaksanya
untuk meminta 1.600 pekerja
"pensiun" secara sukarela.Akibatnya produksi berhenti dan para pekerja berdemonstrasi, yang saat itu umum terjadi
di seluruh Jepang. (Liker , 2006)
Setelah Kiichiro
Toyoda, salah satu pemimpin keluarga Toyoda yang membentuk perusahaan
adalah Eiji Toyoda, keponakan laki-laki Sakichi dan adik sepupu Kiichiro.
Eiji Toyoda juga belajar teknik mesin, masuk Tokyo Imperial University pada tahun
1933.Pada akhirnya, Eiji Toyoda menjadi presiden dan kemudian chairman Toyota Motor
Manufacturing. Dia membantu memimpin dan mengelola perusahaan
selama masa pertumbuhannya yang penting setelah perang dan dalam
perjalanannya menjadi perusahaan global.Eiji Toyoda memainkan peran kunci
dalam memilih dan memberdayakan para pemimpin yang membentuk penjualan,
manufaktur, dan pengembangan produk, dan yang terpenting, Toyota Production
System. (Liker , 2006)
Pustaka Utama:
Liker, J. (2003).The Toyota Way: 14 Management Principles from the Great World’s Manufacturer, McGraw-Hill.
Komentar
Posting Komentar